Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang
menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa
genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain,
pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara
flora, fauna dan manusia.
Penggunaan masukan di luar pertanian yang
menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai
pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan
masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk
dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak
mendapat sertifikasi organik.
Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu
kesatuan, terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan
organ-organnya. Semua bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan
berbagi. Tiap organ memiliki peran masing-masing, saling melengkapi dan
memberikan sinergi untuk menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan
berkelanjutan. Setiap komponen tidak berpikir dan beraksi hanya demi
‘aku’, tetapi untuk ‘kita’: keseluruhan alam. Demikian halnya Alam,
melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara harmonis. Itulah
organis, tidak egois.
Pertanian organik (PO) juga tunduk pada prinsip diatas, pada hukum
alam. Segala yang ada di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling
melengkapi, melayani dan menghidupi untuk semua. Dalam alam ada
keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, PO pun menghargai
keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam
membuktikan prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi
pemanfaatan. Demikian halnya PO, tidak untuk memaksimalkan hasil, tidak
berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan berkesinambungan. Inilah
filosofi mendasar PO.
Perkembangan Pertanian Organik
Praktek pertanian yang menggunakan bibit unggul yang dihasilkan oleh
perusahaan benih, bahan-bahan kimia buatan pabrik (agrokimia) —baik
untuk pemupukan lahan dan pengendalian hama— awalnya dirasakan dapat
meningkatkan hasil produksi pertanian. Namun, setelah beberapa dekade,
praktek tersebut menimbulkan permasalahan khususnya terhadap kerusakan
ekosistem lahan pertanian dan kesehatan petani itu sendiri.
Penurunan hasil pertanian yang dibarengi dengan meningkatnya daya
tahan hama dan penyakit tanaman, disebabkan karena fauna tanah yang
bermanfaat bagi tanaman semakin berkurang dan mikroorganisme yang
berguna bagi kesuburan tanah pun nyaris hilang akibat pemakaian input
agrokimia yang berlebihan. Bahkan, hama dan penyakit tanaman bukannya
menurun, tapi justru semakin kebal terhadap bahan-bahan kimia tersebut.
Sehingga, petani memerlukan dosis yang lebih tinggi lagi untuk
membasminya. Ini artinya, petani tidak saja menebar racun untuk membasmi
hama dan penyakit, tetapi juga meracuni dirinya sendiri.
Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan
dan lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat.
Kepedulian tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk
menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya
tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia. Salah satu
usaha yang dirintis adalah dengan pengembangan PO yang akrab lingkungan
dan menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan
zat-zat kimia yang mematikan.
Sebenarnya, PO ini sudah menjadi kearifan/pengetahuan tradisional
yang membudaya di kalangan petani di Indonesia. Namun, teknologi
pertanian organik ini mulai ditinggalkan oleh petani ketika teknologi
intensifikasi yang mengandalkan bahan agrokimia diterapkan di bidang
pertanian. Sejak saat itu, petani menjadi target asupan agrokimia dan
tergantung dari pihak luar. Setelah muncul persoalan dampak lingkungan
akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi PO yang
akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan
lagi. (Sutanto, 2002).
Apa dan Bagaimana Budidaya PO ?
PO merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan
menghargai prinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi
segala mahluk hidup berjuta-juta tahun lamanya. PO merupakan proses
budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi,
keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim dan lingkungan
sekitar. Dalam prakteknya, budidaya PO menggunakan semaksimal mungkin
bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya, dan tidak
menggunakan asupan agrokimia (bahan kimia sintetis untuk pertanian).
Lebih jauh, karena PO berusaha ‘meniru’ alam, maka pemakaian benih atau
asupan yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika
(GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari.
Kerapkali PO hanya dipahami secara teknis bertani yang menolak asupan
kimiawi atau sebagai budidaya pertanian yang anti modernisasi atau
disamakan dengan pertanian tradisional. Pemahaman ini sungguh kurang
tepat. PO bukan sekedar teknik atau metode bertani, melainkan juga cara
pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup. PO memandang alam
secara menyeluruh, komponennya saling tergantung dan menghidupi, dimana
manusia juga adalah bagian di dalamnya. Sistem nilai PO mendasarkan pada
prinsip-prinsip hukum alam. PO juga mengajak petani dan manusia umumnya
untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang tercermin dalam sikap
dan keyakinannya. PO juga tidak menolak penggunaan teknologi modern di
dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut selaras
dengan prinsip PO, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam,
keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan
kekhasan lokal. Maka, baik kearifan tradisional dan teknologi modern
yang tunduk pada prinsip alam, keduanya mendapat tempat dalam PO.
Gerakan PO mencoba menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain,
yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan asupan dari luar
yang meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi
lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha menghasilkan produksi
tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dan
menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian.
Budidaya PO, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara
petani sebagai produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada
perusahaan-perusahaan besar penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta
perusahaan bibit. Solidaritas untuk berdaulat dan berorganisasi demi
mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan keadilan sosial bagi petani.
apapun usaha kita,tentang tanaman,jika tanahnya tidak kita benahi,hasilnya tetap akan nihil,maka yang paling tepat adalah menjaga kesuburan tanah,dengan memberi nutrisi tanah,penemuan ini kami beri nama,chaching dari "dekomposer" berbahan dasar limbah organik,100% ini pemikiran dasar untuk meningkatkan produk pertanian,selamat mencoba.
ReplyDeletepungsi nutrisi tanah yg kami beri nama "chaching" 1.menggemburkan kembali tanah yg mengeras yg diakibatkan penggunaan pupuk kimia yg berlebihan. 2.mengkondusifkan kembali kaadaan tanah bagi perkembanghan jasad2 renik yg hidup di dalam tanah termasuk chaching. 3.turut serta mengurai zat2 kimia (residu)yg masih tertinggal dalam tanah yg tidak bisa lagi di serap oleh tanaman,agar dapat kembali di konsumsi.
ReplyDelete